Press "Enter" to skip to content

FILOSOFIS MOTIF KAPAL SANGGAT

1. Bentuk Motif

Motif batik Kapal Sanggat dilukiskan dengan objek kapal laut dan berbagai jenis binatang laut diantaranya Udang, Kepiting, Ubur-ubur, Ikan, Kerang, Kepah dan Ikan Pari.

Motif Kapal Sanggat secara visual dan bila dikaji dari sisi semiotika banyak hal yang dapat diurai dari motif ini, antara lain:

– Redudansi / Pengulangan, bentuk, terdapat pada keseluruhan lembar kain. Pola-pola yang diterapkan dalam unsur ini membentuk pola diagonal, vertikal karena memang komposisinya di susun ber-ulang dan teratur.

– Ikonografi, (ikon), (objek sesungguhnya yang diwakili/tanda yang menyerupai objej/benda), dapat dengan jelas terlihat pada motif ini, adalah bentuk Kapal dan berbagai jenis binatang laut diantaranya, udang, kepiting, ubur-ubur, ikan, kerang, kepah, ikan pari. Dengan stilasi/deformasi bentuk yang luwes dan lentur. Bila dikaji lebih jauh lagi, maka didapati dengan jelas bahwa motif kapal sanggat ini adalah motif “Kapal Layar” dengan ikon ikon layar, tiang, namun terdapat kejanggalan dari motif ini, bila dilihat secara detail bahwa bendera “berlawanan” dengan arah angin, sedangkan terminologi sanggat/kandas berarti terhambat dan tidak dapat melanjutkan perjalanan.

– Indek (sebab akibat), Logika Kapal Sanggat, Ubur-ubur, ikan pari, udang, dan lain sebagainya mengungkapkan gambaran bahwa kapal sanggat ini nyangkut, kandas dilaut.

– Makna Konotatif ( makna sesungguhnya ) adalah gambaran sebuah kapal Layar yang terdampar/kandas oleh ( karang, Batu, Pasir ) di laut yang ditandai dengan sejumlah hewan yang hidup dilaut.

– Makna Denotatif. ( Makna yang ada dibalik gambaran yang sesungguhnya ) pemaknaan inilah yang lebih dekat dengan pokok bahasan pada moyif batik ini.

Dari uraian diatas, simbol atau lambang merupakan pengantara pemahaman terhadap objek, bahwa simbol merupakan benang merah penghubung antara pemikiran manusia dengan kenyataan yaang berada diluar dirinya, dengan demikian simbol pada hakekatnya terdiri atas dua macam (1), berasal dari dalam yang terwujud dalam konsepsi-konsepsi dan struktur sosial, (2), berasal dari luar yang berwujud sebagai kenyataan-kenyataan sosial, dalam hubungan ini simbol menjadi dasar bagi perwujudan model-model dari sistim konsepsi dalam suatu cara dengan bagaimana mewujidjan bentuk sistem sosial.

2. Pesan yang terkandung

Motif Kapal Sanggat, dipahami sebagai motif kapal yang sanggat/kandas, dari judul motif memiliki penafsiran Kapal yang tidak dapat melanjutkan perjalanan karena tersangkut pasa sesuatu (benda). Pemahaman secara leksikal membawa penafsiran “Tidak sampai pada tujuan”, ini merupakan sebuah gambaran pemaknaan Konotatif dan peringatan kepada kelompok sosial masyarakat.

Namun demikian bila dikaikan dengan Pepatah Adat “Berlayar sampai ke Pulau, Berjalan samapi ke Tujuan” adalah peringatan kepada kelompok sosial masyarakat bahwa melakukab sesuatu haruslah sampai selesai dilaksanakan. Jangan sampai ” Putus ditengah jalan atau tidak selesai”

Kemudian bila kita telaah lebih jauh lagi, sebagai motif pengisi (isian/isen dalam istilah pembatikan) terdapat hewan-hewan yang mengandung pemaknaan bahwa disekitar kita banyak hal-hal yang memberikan manfaat kepada kehidupan, namun demikian jika dikaitkan dengan teman/judul sanggat tadi memiliki pengertian walaupun disekitar kita terdapat banyak hal yang dapat meraih manfaat tersebut, kita tidak dapat meraih manfaat tersebut, kita hanya dapat melihat, akan tetapi tidak dapatkan meraihnya.

3. Simpulan

Motif ini lebih kepada sebuah peringatan kepada kelompok-kelompok sosial masyarakat, jangan sampaiterjadi hal-hal seperti yang telah dijelaskan diatas, ” berlayarlah sampai ke Pulau, berjalanlah sampai tujuan”.

Namun demikian yang tidak kalah pentingnya ternyata kreator/seniman disainer memberikan tanda-tanda lain yang nyatis tidak kelihatan dan luput dari pengamatan kita adalah bendera yang terdapat di pada posisi palingatas tiang layar justru berlawanan arah dengan Haluan Kapal. Amatlah cerdas pesan yang ingin disampaikan kepada kita dan ternyata tanda ini memberikan pemaknaan “nasihat” kepada kita jangan melawan arus, besarlah badan kapal ketika bertentangan kepada yang di”Atas” posisi paling tinggi, bisa dalam sang Chalik/Pencipta, maka tidaklah kita sampai kepada tujuan akhir sebuah perjalanan, baik dalam menempuh perjalanan di Alam Dunia maupun di Alam Akhirat.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *