Press "Enter" to skip to content

FILOSOFI MOTIF BATANGHARI

1. Bentuk Motif

Ragam hias dalam khasanah penggambaran visualnya, ia bisa diambil dari atau berasal dari suatu gambaran yang terbentang dari alan dan isinya. Seperti gunung, sungai yang mengalir, matahari, bintang dan rembulan serta flora dan fauna yang di alam bawah lait, didarat maupun yang hidup dan betsrbangan di udara.

Motif ragam hias batik ialah keseluruhan pola yang dibatikkan pada sehelai kain mori, yang telah disusun menjadi sebuah hasil karya seni yang indah. Pada dasarnya setiap pembatik dapat membuat pola atau motif batik sendiri dengan selera dan maksud hatinya, kenyataan tersebut sudah berlangsung sejak masyarakat kita mengenal batik hingga hari ini.

Dalam ungkapan selanjutnya, biasanya pembatik atau pencipta pola ragam hias mengaplikasikannya dengan tambahan-tambahan stikiran atau hiasan-hiasan. Dan adakalanya dibuat lebih banyak kearah penggambaran nilai-nilai keindahan tertentu.

Secara visual ragam hias yang sudah terpola dalam batik tadi yang dapat dilihat secara indrawi, selanjutnya kita sebut dengan keindahan visual.

Sebagai contoh : Motif puncak gunung atau Meru pada batik Jawa

Pada ragam hias motif batik, kita tidaj saja disuguhkan oleh keindahan-keindahan ragam hiasnya saja. Tetapi juga kita disuguhkan dengan keindahan-keindahan spiritual atau makna, ialah pesan yang terkandung dalam ragam hias yang tergambar dalan sehelai kain batik itu. Biasanya pesan dan ajaran-ajaran yang terkandung dalam ragam hias pola batik tersebut mengandung ajaran-ajaran etika dan moral, yang mengarah pada kebahagiaan  dan kesejahteraan manusia baik lahir maupun batin. Dengan demikian dapat dikatakan ragam hias pola batik itu hanya indah dipandang mata saja, tetapi indah dan kaya akan makna.

Pada motif puncak gunung atau Meru yang secara tidak langsung melambangkan kesuburan, dimana ada gunung disitu juga ada hujan dan dimana ada hujan disitu ada kesuburan. Kesuburan disini mempunyai makna yang begitu luas, meliputi kesuburanvpada tumbuh-tumbuhan, binatang maupun manusia atau masyarakat. Kesuburan pada manusia atau masyarakat berarti keberhasilan, kesejahteraan, kemakmuran dan lain sebagainya.

Ragam hias batik motif Batanghari yang mana kita kenal Batanghari adalah nama sebuah sungai yang ada di daerah Jambi, dan juga sebagai salah satu sungai yang terpanjang dipulau Sumatera. Motif batik Batanghari dilukiskan dengan pola bentukan sulur-sulur tanaman bunga atau flora yang menjulur dari poros batang bawah menjulur ke atas. Secara keindahan dapat kita telusuri bahwa motif tersebut terinspirasikan oleh keindahan alami lekuk liku jeram sungai Batanghari yang menggambarkan visualnya mengambil bentuk sulur-sulur tanaman bunga atau flora yang menjulur dari poros batang bawah menjulur ke atas.

2. Pesan yang terkandung

Sulur-sulur ini biasa diartikan sebagai lambang perjalanan hidup atau umur seseorang. Bentukkan atau gambaran sulur tumbuhan ini tumbuh berporos dari bawah keatas, dan dari poros batang utama tadi diimbangi dengan tumbuhan sulur baru dan membentuk slurnya kekiri dan kekanan dan ujung tunas yang bercabang itu tumbuh dari daun, kuntum, dan bunga yang mekar dipucuk sulur, yangbentukkan bunganya tergambar menunduk kebawah. Dari gambar ini jelas bahwa pesan yang ingin di siratkan menunjukkan tentang liku-liku hidup ini hendaknya ikutilah menurit sebagaimana keseimbangan alam, bagai air dari mata air di twpian jurang mengalirlah ke muaro laut maha luas, ada kalanya perjalabab kita panjang untuk menuju keberhasilan. Namun apabila kita terbentur oleh sesuatu jalan berliku hendaknya kita tetaplah berupaya segenap usaha. Apabila tidak menjadi bunga, jadilah engkau kuntum yang punya harapan. Apabila tidak menjadi kuntum, jadilah daun yang masih bisa bernafas panjang untuk hidup dan berkembang dan berpucuk harapan. Akan tetapi hendaknya juga keberhasilan hidup kita lakoni atau jalani dengan kearifan dan tidak menyombongkan diri. Ini digambarkan dengan bunga yang mekar, tetapi sulur tangkainya dan bunga menunduk kebawah, bagai pepatah pucuk padi mencium bumi. Memberikan pesan kepada kita hendaknya semakin berhasik dan berilmu kita makin bertoleransi, semakin berisi semakin menunduk.

Lebih dalam, kita dapat bercermin lebih jauh dari ungkapan Tradisional berikut ini sebagai kearifan lokal yang layak kita sandang sebagi tunjuj ajar dalan bahtera kehidupan ini:

“Gopuk jangan memboan lomak, cerodik jangan memboan kawan” (Gemuk jang membuang lemak, cerdik jangan membuang kawan)

Artinya: “Dalam hidup sesorang tidak boleh angkuh dan sombong”

Gemuk secara Faaliyah disebabkan terkandungnya banyak lemak dibawah kulit. Lalu, karena sudah gemuk, janganlah pula lemak tersebut dibuang. Maksudnya, bika seseorang sudah kaya dan senang hendaknya jangan angkuh, jangan begitu saja menyingkirkan teman-teman yang dahulu selalu banyaj menolong dalan kesusahan. Boleh jadi berkat pertolongan mereka, makanya kita memperoleh kekayaan yang dinikmati saat ini. Karena kita sudah pandai, berilmu, menjadi seorang pemimpin, usahakan sepaya teman-teman yang dahuku kita pergauli tetap sebagai teman kita. Jangan teman-teman kita singkirkan begitu saja. Kalau kita kaya atau kalau kita sudah berilmu sehingga sudah menjadi seorang pemimpin, janganlah melupakan teman-teman dan sanak keluarga kita.

Ungkapan ini masih relevan untuj dipakai sebagai tunjuk ajar dan nasehat dewasa ini, dengan demikian ia merupakan ungkapan moral yang paling penting bagi tuntunan tunjuk ajar paling besar dampak sosialnya di jaman yang serba modern dan individualistis saat ini.

3. Simpulan

Makna simbolik Motif Batanghari ini kira-kira dapat disimpulkan “bahwa umur, kita, perjalanan kita, kegagalan dan keberhasilan hidup seseorang masing-masing berbeda tetapi semuanya tetap pada pemegang poros kehidupan yaitu ditangan Tuhan Yang Maha Kuasa”.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *