Press "Enter" to skip to content

FILOSOFI MOTIF BUNGO TANJUNG

BUNGO TANJUNG

I. Bentuk Motif

Tanjung (Mimusops elengi) adalah sejenis pohon yang berasal dari India, Sri Lanka dan Burma. Twlah masuj ke Nusantara semenjak berabad-abad yang silam. Pohon tanjung berbunga harum semerbak dan berpohon rindang, biasa ditanam di taman-taman dan sisi jalan berfungsi sebagai pohon pelindung. Keharuman bungo Tanjung dilukiskan, dalam sair lagu melayu harumnya sampai melintasi gunung. Dalam perumpamaan lain dilukiskan harumnya semerbak mewangi bagaikan puteri bidadari turun dari langit.

Bunga wangi yang berjatuhan dikumpulkan di pagi hari untuj mengharumkan pakaian, ruangan atau untuk hiasan. Bunga ini juga memiliki khasiat untuk obat. Rebusan bunga tanjung digunakan untuk mengatasi murus yang disertai demam. Daun segar yang ditumbuk halus digunakan sebagai tapal obat sakit kepala. Buahnya dapat dimakan. Kareba berbagai keistimewaan bungo tanjung inilah dapat menginspirasi para creator intuk menjadikan motif batik di Jambi


2. Pesan yang terkandung

Secara khusus penerapan atau pemakaian motif bungo tanjung belum ada, bahkan hampir secara keseluruhan belum ada ketentuan khusus tentang pemakaian motif batik Jambi, pendapat ini sering dikemukkan dalan berbagai seminar tentang batik Jambi. Dilihaat daribentuk, motif ini dapat diterapkan pada bahan dasar kain panjang, bahan dasar baju atau bahan dasar pakaian lainnya.

Pohon tanjung daunnya rindang, bunganya harum semerbak, buahnya enak dimakan. Perlambang seorang pemimpin masyarakat memiliki kewibawaan, bak pepatah adat “daunnya rindang tempat berteduh, akarnya kuat tempat bertahan, pergi tempat bertanya balik tempat beberito. Tuan kuharap umpamakan payung, hujan dan panas tempat berlindung. Indah tutur katanya bagi siapapun yang mendengarkannya, bagai suluh dalam gelap, bagai obor untuk penerang, tongkat sebagai penuntut arah dan tujuan.

3. Kesimpulan

Motif batik bungo tanjung memiliki makna filosofi “seorang pemimpin yang arif dan bijaksana, dapat dipercaya keindahan tutur katanya”.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *