Motif dapat diartikan sebagai pola garis yang membentuk sebuah gambar, Batik berasal dari kata tik-tik, batik didefinikan sebagai menggoreskan cairan lilin panas/cair di atas lembaran kain dengan menggunakan peralatan canting, bahan pewarna melalui proses pencelupan dan lorotan. Maka motif batik dapat diartikan sebuah pole garis yang membentuk gambar yang diterapkan sebagai batik.
Dalam perkembangannya membatik bisa dilakukan dengan cara di cap (batik cap), dicetak (batik printing), sistem ikat (batik ikat/jumputan) dan lain sebagainya. Pewarnaan batik juga telah mengalami berbagai teknik , misalnya dengan cara dikuas untuk mewarnai bagian-bagian tertentu yang dikehendaki.
Jika ditelusuri lebih jauh, timbulnya sebuah motif itu didorong oleh suatu keinginan menghias suatu benda untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia, antara lain kebutuhan sepiritual (persembahan pada para dewa, para raja/penguasa) kebutuhan untuk memvisualisasikan simbul-simbul religi, kebutuhan estetik, dan kebutuhan-kebutuhan lain menurut fungsi yang diinginkannya. Dari keinginan menghias suatu benda inilah, timbul berbagai macam bentuk hiasan yang kemudian disebut dengam ragam hias.
Ragam hias disebut ornament dengan bahasa Inggris sedang dalam bahasa Belanda dikatakan siermotieven. Dapat dilihat pada terjemahan Van Der Hoop sebagai berikut “Arti suatu ragam hias tidak dapat diterangkan dengan satu kata sering arti itu malahan tidak menentu”
Pendapat tersebut dapat dipahami bahwa memang tidak mudah memberikan arti dan pemaknahan sebuah ragam hias. Terlebih jika ragam hias tersebut telah keberadaannya. Artinya ragam hias itu telah keberadaannya dan kita tidak tahu tentang asal-usul, latar belakang mengapa kapan tersebut dibuat serta siapa pembuatnya, jika tidak dapat merunutnya dengan baik, maka akan ditemui kesulitan untuk mengartikan memberikan pemaknahan, apalagi sampai kepada maknahan filosofinya..
Suatu jalan yang bisa untuk menelusuri tentang arti dan pemaknahannya yang ditempuh dengan cara membaca tanda gambar wujud motif ragam hias tersebut. Sedangkan membaca tanda gambar wujud ragam hias dimaksud masing-masing bisa memberikan pemaknahan yang berbeda tergantung dari sudut pandang mana dan melihatnya.
Secara khusus ragam hias dapat diartikan sebagai bentuk karya seni ditambahkan atau sengaja dibuat pada suatu benda agar benda tersebut bertambah indah, meningkatkan penghargaan dari segi spiritual maupun material. Sebagai contoh selembar kain yang sudah diberi motif (dibatik) pasti akan beda nilainya dengan selembar kain yang masih putih, baik dilihat dari sisi keindahan ataupun penghargaannya.
Ragam hias hadir dalam kehidupan manusia merupakan media ungkapan perasaan yang diwujudkan dalam pengembangan budaya serta menjadi sumber pengetahuan dan petunjuk guna menelusuri perkembangan kebudayaan masa lampau.
Ragam hias atau ornamen adalah komponen produk seni yang ditambahkan atau sengaja dibuat untuk tujuan sebagai hiasan. Disamping tugasnya menghiasi yang implicit menyangkut segi-segi keindahan, misalnya untuk menambah indahnya suatu barang sehingga lebih indah dan menarik, akibatnya mempengarui pula dalam segi penghargaannya baik dari segi spiritual maupun segi material /manfaatnya. Disamping itu dalam ornament sering ditemukan nilai-nilai simbolik atau maksud-maksud tertentu yang ada hubungannya dengan pandangan hidup ( filsafat hidup ) dari manusia atau masyarakat penciptanya, sehingga benda-benda yang dikenal oleh suatu ornament akan mempunyai arti yang lebih jauh dengan disertai harapan-harapan yang tertentu pula (Gustami, 1980:4).
Pendapat lain mengatakan bahwa: Ragam hias hadir di tengah-tengah kehidupan masyarakat sebagai media ungkapan perasaan yang diwujudkan dalam bentuk visual yang proses penciptaannya tidak lepas dari pengaruh-pengaruh lingkungan. Ragam hias ditujukan sebagai pelengkap rasa estetika. Rupanya didalam bentuk ragam hias itu terdapat makna simbolik tertentu pula yang berlaku syah secara konvensional, di lingkungan masyarakat pendukungnya (Toekio, 1985:19)
Bila kita merujuk pada pendapat Toekio ini memang benar, di dalam bentuk motif ragam hias batik Jambi pasti juga terdapat makna simbolik dan syah bagi masyarakat. Kesulitan bagi kita dalam menelusuri pemaknaan tersebut adalah; yang sampai pada kita sekarang ini hanya bentuk gambar /visual motif-motif batik Jambi, sedang makna simbolik atau makna filosofi yang sebenarnya tidak tertulis dan tidak sampai pada kita. Maka yang paling mungkin dilakukan untuk menelusuri pemaknaan motif batik Jambi yaitu dengan membaca tanda-tanda bentuk visual gambar sesuai karakteristik sosilal, religi dan pemahaman budaya bagi masyarakat pendukung seni motif ragam hias batik Jambi tersebut.
Simbol berasal dari kata Yunani Kuno, Symbolos. yang berarti tanda, ciri atau lambang (Ensiklopedia Indonesia; 1984;3178 jilid 6) didalam Kamus besar bahasa Indonesia (1995;941), simbol atau lambang yang menyatakan suatu hal atau mengandung makna tertentu.
Simbol seperti yang dikemukakan oleh Geertz bahwa simbol adalah sarana untuk menyimpan atau mengungkapkan makna-makna, apakah itu berupa gagasan-gagasan (idea), sikap-sikap (attitudes), pertimbangan-pertimbangan (Jugments), hasrat-hasrat (longinging), atau kepercayaan-kepercayaan (beliefs), serta abstraksi-abstraksi dari pengalaman tertentu (abstrakstion form experience Ficexed), dalam bentuk yang dapat dimengerti (Geertz, dalam Tryanto, 1992;20)
Manusia adalah makhluk symbolik (animal Symbolicum) Erms Cassirer (1944;23) dalam kajiannya tentang perbedaan manusia dengan makhluk lain (binatang), artinya manusia adalah makhluk yang dapat membuat, menggunakan, dan menangkap atau memahami simbol. Kehidupan manusia penuh dengan tanda dan simbol dalam berbagai bentuk dan pernyataannya.
Dalam konteks kebudayaan tertentu setiap orang memakai simbol tanpa banyak berpikir, dengan spontan disebar dalam hubungannya dengan orang lain; dan arti serta maksud langsung dapat ditangkap ( Rohidi, 1983;41)
Dalam seminar Bedah Motif Batik Jambi yang diselenggarakan oleh Disperindag Provinsi Jambi 8 Oktober 2012, seorang narasumber Profesor Yacob Soemardjo, Dosen ITB memberikan ulasan tentang kaidah batik tradisional mengenai bentuk motif, tata letak motif, fungsi motif dan fungsi batik, penerapan serta kapan dipakai, untuk apa dan siapa pemakainya. Semua itu diulas secara gamblang. Berdasarkan ulasan Professor Yakub tentang kaidah batik secara utuh akhirnya dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa: “Di Jambi hingga saat ini belum ditemukan satu bidang kain batik lama yang memiliki kaidah dan pakem-pakem tertentu misalnya dilihat dari tata letak motif, fungsi motif, kapan dipakai dan siapa pemakainya”. Para peserta seminar yakin batik Jambi yang memiliki kaidah dan ketentuan seperti itu pasti ada, dan untuk menentukannya diperlukan penelitian dan kajian lebih lanjut.
Budayawan Jambi Drs. H. Junaidi T. Noor, MM yang hadir sebagai narasumber menjelaskan tentang corak dan karakter motif batik Jambi yaitu: “Motif batik Jambi memiliki karakter dan corak motif ceplok-ceplok artinya setiap motif itu berdiri sendiri-sendiri, memiliki nama sendiri, dalam penerapannya tidak berangkai tetapi dipadukan antara motif satu dengan yang lainnya (motif pokok dengan motif isian)” Bila karakter ini dijaga, maka batik Jambi akan dengan mudah dikenali.
Narasumber Drs. Ja’far Rassuh mengulas tentang pemaknaan simbolik dan filosofi, memberikan kesimpulan bahwa “Masyarakat Jambi lebih banyak menganut paham kesetaraan social sehingga dalam tatanan masyarakat hampir tidak nampak adanya aturan strata sosial, Masyarakat Jambi menghormati para cerdik pandai, alim ulama dan tuo tengganai, siapapun dia dan berasal dari kalangan social mana itu tidak dipermasalahkan, maka pemaknahan motif batik Jambi hampir semuanya mengandung makna filosofi keterbukaan.
Pemaknaan filosofi motif batik Jambi oleh tim perumus berikut ini tentu tidak berlaku mutlak, Sebagai mana yang telah dijelaskan diatas bahwa memang tidak mudah memberikan pemaknahan tersebut. Dari sudut pandang yang berbeda pula, seseorang bisa memberikan makna yang berbeda pula. Filosofi motif batik Jambi biasanya berisi tentang nasehat, ajakan dan pantangan. Karakteristik sosial, kepercayaan religi dan pemahaman budaya masyarakat yang berlaku secara umum setidaknya dapat menuntun kita dalam memberikan pemaknahan filosofi motif batik Jambi dengan menghubungkan dan membaca wujud visual gambar motif ragam hias batik Jambi yang ada sekarang. Tentu ini berlaku untuk motif-motif batik Jambi yang baru tidaklah sulit apalagi jika pembuatnya masih bisa ditemukan dan dimintai keterangan