MOTIF SEGI EMPAT
Makrokosmos masyarakat maritim terdiri dari 4 unsur, yakni langit diatas, bumi dibawah, laut disamping (kanan ?), Dan daratan tempat tinggal manusia disamping (kiri ?). Dua pasangan oposisioner tadi disatukan dengan dua pasangan oposisioner yang lain, sehingga merupakan kesatuan, satu keluarga besar meskipun saling beroposisi
Pada masyarakat Maluku Utara yang maritim, pembagian alam yang demikian itu juga dikenal. Keaatuan empatnya mengatur pembagian kekuasaan, yakni penguasa gunung, penguasa teluk, penguasa tanjung, dan penguasa tahta (manusia). Keempat penguasa tersebut dari satu ibu (bidadari dari surga) sehingga keempatnya bersaudara kakak beradik. Itulah Raja Empat yang merupakan satu kesatuan.
Dalam sejarah melayu dikisahkan 4 orang anak raja Melayu Sang Suparba, anak Iskandar Zulkarnain yang datang dari langit, menikah dengan Wan Sandari, Puteri Demang Lebar Daun penguasa Bukit Siguntang, dan beranak 4 orang, yakni Maniaka dan Nila Utama (keduanya laki-laki) dan Sri Dewi dan Cendera Dewi (keduanya perempuan). Maniaka mengawini puteri Tanjungpura (Melayu) dan Nila Utama mengawini puteri Bintan (Melayu). Tetapi Sri Dewi kawin dengan raja Cina (luar) dan Cendera Dewi kawin dengan raja Majapahit (luar Melayu). Nampaklahdisini kesatuan 4 raja pula, yakni Maniaka, Nila Utama, raja Cina, raja Majapahit. Bagi orng maritim yang “asing” itu dapat menjadi bagian dari dirinya.
Mitologi Jambi sendiri mengenal kisah Si Pahit Lidah atau dewa Sekarabah dengan menterinya bernama Empat Mata. Karena kekuatan si Pahit Lidah sewenang-wenang dan mencelakakan rakyat, maka Empat Mata membunuh Si Pahit Lidah. Disini nampak bahwa menteri Empat Mata membela rakyat Melayu, dan pantas menjadi raja mereka.
Mitologi Jambi yang lain mengenal 4 putera raja Ahmad Barus II dengan Puteri Selaras Pinang Masak. Keempat anaknya tersebut ialah Orang Kayo Pingai, Orang Kayo Kedataran, Orang Kayo Hitam dan Orang Kayo Gemuk. Dikisahkan bahwa Orang Kayo Hitam bertempur dengan Tumenggung Merah Mato untuk memperoleh puterinya, Puteri Mayang Mangurai, sebagai isterinya. Setelah menikah, keduanya lalu mendirikan sebuah negeri atas pertolongan atau petunjuk Angsa Dua, di Tanah Pilih.
Kiranya tidak terlalu sulit membandingkan mitos ini dengan mitos Maluku Utara (Ternate), bahwa Orang Kayo Hitam penguasa daratan (tahta), Orang Kayo Gemuk penguasa teluk (hubungab dagang dengan luar), Orang Kayo Kedataran penguasa tanjung (urusan dalam negeri) dan Orang Kayo Pingai penguasa adat yang ada di gunung.
Memiliki mitos-mitos orang maritim di atas, jelas bahwa pola hubungab empat sebagai kesatuan merupakan dasar pemaknaan dunianya. Itulah sebabnya Pola Empat terdapat dimana-mana termasuk dalan batik, dan kemungkinan besar juga terdapat pada kain songketnya, baik untuk kain, selendang, atau ikat kepala. Gambar-gambar segiempat ini manifestasi makna orang maritim, sehingga pola batik demikian jelas produk pikiran maritim. Kalau di Jawa kemudian juga terdapat Pola Empat ini (terutama di pesisirnya) jelas berasal dari Melayu.